Saturday, May 24, 2008

Krisis Minyak

Harga minyak naik terus. Kehidupan semakin berat. Apakah harga minyak masih bisa turun lagi seperti tahun-tahun lampau ?

Pada masa lalu harga minyak lebih banyak dipengaruhi oleh unsur politik daripada kemampuan memproduksi. Embargo minyak Arab terhadap Amerika akibat terlalu berpihak pada Israel pada perang Yom Kippur tahun 1973 menyebabkan harga minyak naik dari belasan dolar per barrel menjadi sekitar 40 dolar per barrel. Perang Iran-irak membuat harga melonjak mendekati 70 dolar. Perang usai harga turun, pada tahun 1986 harga minyak sekitar 20 dolar, Perang teluk tahun 90 minyak naik menjadi 30 dolar. Krisis asia tahun 1998 menyebabkan harga turun menjadi belasan dolar. Serangan teroris 9 September 2001 ke gedung kembar disusul dengan agressi militer Amerika ke Irak, menyebabkan harga minyak naik dengan cepat.

India dan Cina muncul sebagai negara industri baru, dan negara negara di Timur Tengah beberapa tahun belakangan ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kebutuhan terhadap minyak meningkat pesat.

Kemampuan produksi minyak dunia mencapai puncaknya pada era 1980-an, setelah itu turun terus. Ini bisa dimaklumi, minyak yang terperangkap dalam bumi jumlahnya terbatas, disedot terus, suatu saat akan habis. Sumber minyak baru terus diburu, tapi tidak pernah lagi ditemukan sumber minyak yang signifikan. Zaman dulu cari minyak tidak perlu pakai otak. Badui gurun pasir bawa cangkul dan ember niat cari air, tapi yang ketemu malah sumber minyak yang melimpah. Zaman sekarang satu batalion gabungan insinyur dan scientist, pakai teknologi canggih, butuh ongkos selangit, yang keluar adalah bencana lumpur hitam yang menenggelamkan ratusan desa.

Kita harus sadar dengan kenyataan bahwa minyak sudah makin langka, harga naik adalah konsekuensinya. Kalau kita pura-pura lupa minyak akan habis, secara artifisial minyak dibuat murah terus dengan subsidi negara, kita bisa lupa diri. Bila minyak habis, energi alternatif belum siap, peradaban bisa collapse.

Krisis energi tidak selalu berarti bencana mungkin dia berkah. Kita bisa belajar dari sejarah. Pada abad 16 Inggris mengalami krisis kayu yang pada masa itu merupakan sumber utama pembangkit energi. Krisis memaksa orang mencari alternatif, kemudian batu bara ditemukan, dan ternyata lebih efektif dibanding kayu, yang kemudian mendorong lahirnya mesin uap, lokomotif revolusi industri pertama. Pada abad 19 terjadi krisis energi berikutnya yaitu baru bara. Batu bara mengakibatkan polusi berat, kota kota pusat industri hitam legam, hujan asam, dll. Minyak bumi ditemukan menggantikan batu bara, yang mendorong revolusi industri bergerak lebih cepat; revolusi transportasi seperti mobil dan pesawat terbang, industri petro kimia seperti industri pupuk mendorong lahirnya revolusi hijau mengatasi kelaparan dunia, dan seterusnya dan seterusnya.

Minyak akan habis ada didepan mata. Zaman minyak murah sudah selesai. Kita semua secara bersama-sama harus mengambil langkah. Tinggalkan kenderaan pribadi gunakan kenderaan umum, matikan AC ganti dengan kipas angin, buang lampu pijar ganti dengan lampu hemat energi, dll. Pemerintah menggalakkan pembangunan transportasi massal seperti kereta api, dll. Memprioritaskan penelitian sumber energi alternatif, seperti tenaga angin, matahari, gelombang laut, nuklir, bio diesel, dll. Beri insentif terhadap usaha yang bergerak dibidang energi alternatif seperti tax holiday, subsidi biaya penelitian, pemanfaatan fasilitas research milik negara oleh swasta, dll.

Tabik